Jumat, 15 Mei 2015

CINTA TAK BERTUAN #PART1



CINTA TAK BERTUAN
Oleh: Yeniarti Juwita

            Senja mulai beranjak ke peraduan. Aku mulai menelusuri jalan yang tak berujung ini. Berjalan sendiri berkawan sepi. Matahari sedikit demi sedikit mulai menghilangkan punggungnya tengelam diantara gedung gedung tua dikota kami. Kaki ku berjalan letih menuju sebuah kursi, tua memang tapi cukup lah untuk mengistirahatkan beban hati ini.
Aku tak tahu harus mulai dari mana untuk mengawali cerita ini. Cerita pilu teriris sembilu. Namaku Kheni, Kheniar Archita langkapnya. Gadis kecil yang baru belajar dewasa, kini dipatahkan hatinya. Ohh Allah kuharap aku sekuat yang kau bayangkan.
***
-1 september 2010-
Dengan langkah gontai aku berjalan menuju pelataran sekolah. Setelan baju putih abu-abu rapi menempel dibadanku. Aku anak SMA, yaa walaupun baru 2 bulan. Hari ini hari pertama puasa ramadhan, beberapa kawan terlihat kusut tak bertenaga. Dan beberapa lainnya memilih untuk tidur dari pada mengundang dosa. Kelas baru dimulai pukul 08.00 WIB. Aku mulai menarik kursi setiaku, nomor dua dari depan baris sebelah kanan dekat dengan tembok. Ohh sudah lebih lima belas menit tapi tak kunjung seorang gurupun masuk ke kelas kami. Tapi ditengah keheningan ini tiba-tiba beberapa orang mulai berjalan keruang kami, kakak kelas mungkin karena wajahnya asing buat kami. Ada 3 orang disana yang 2 cantik dengan balut jilbab sesuai syariat menutupi dadanya. Dan yang satu aku tak nampak mukanya, dia hanya berdiri diluar membelakangi kelas kami. Mereka adalah kakak-kakak Osis yang akan memberi penyuluhan bagaimana cara untuk mengisi angket pemilihan ketua Osis.
Seperti biasa sebelum memulai kelas, kakak-kakak itu memperkenalkan diri. Beberapa dari kami antusias mendengarkan dan sisanya tetap dalam aktivitas masing-masing. Pagi ini kelas begitu hening tapi sebentar kemudian berubah riuh takkala seseorang yang diluar tadi masuk ke kelas. Memang sih hanya kami kaum perempuan yang mendadak mendapat semangat pagi ini. Aku awalnya bersikap acuh tak acuh tapi kemudian “ohh Tuhan aku tak tahu kalau ternyata bidadari tak selalu wanita”.
Namanya Muhammad Faqih. Anak kelas sebelas jurusan IPA, beberapa teman perempuanku mulai mengodanya terlihat garis merah dipipinya mungkin dia malu. Dia tidak tampan, tinggi standrat, dandanan nya juga sederhana. Tapi aku tak tahu kenapa dia begitu bersinar dimataku. Ohh Allah rasa ini aneh sekali.
***
-Oktober 2013-
Hari mulai berganti hari tak terasa aku sudah kelas 3, ya walaupun aku masuk jurusan yang tak “sekeren” yang orang tuaku inginkan. Tapi aku cukup bangga berada di kelas IPS ini. Tanpa aku sadari sudah dua tahun rasa ini aku simpan dalam-dalam. Mencuri waktu untuk sekedar melihat wajahnya, menghafal plat nomornya, dan melihat sekilas manis senyumnya. Hal yang wajar untuk dilakukan diusia ku. Tanpa teman-temanku sadari aku sering mencari alasan agar bisa ber”sms” dengan dia. Sekedar sok-sokan tanya tentang agama, ngucapin selamat ulang tahun yang walaupun itu hanya bisa satu kali aku lakukan dalam setiap tahunnya. Dan tahun ini dia sudah berada didunia yang berbeda dengan kami dunia impian setiap siswa, dunia tempatnya maha dari semua siswa, dunia mahasiswa.
Pagi ini aneh sekali, hari tak secerah biasanya, dari kejauhan kulihat Asta, teman sebangku ku dari kelas satu berlari mendekatiku.
“ehh khen, loe udah tahu belom berita paling update ini?” Asta mulai mengeluarkan handphonenya. Terkadang aku heran kenapa itu anak selalu bisa update berita yang sedang ngehits dilingkungan sekolah kami. Ohh mungkin dia mempunyai bakat menadi paparazi. Entahlah.
“berita apaan sih? Berita heboh?” tanyaku basa-basi.
“lahh, loe kemana aja sih? Ini baru ngehits. Loe tau mbak Ara kan?”
“mbak Ara?” mataku membelalak bagaimana aku ngak tahu Mbak Ara, seorang gadis yang nyaris sempurna dan menjadi idaman para siswa laki-laki di sekolah ini. Tapi sayang ada setitik nila dimataku yang membuat kekaguman itu hilang berubah menjadi kebencian.
“iya mbak Ara, yang kemaren kelas 12 IPA 3 itu loh yang satu angkatan sama kakak ku” jawab Asta menerangkan.
“kenapa dia?” selidik ku, tak dapat aku sembunyikan memang. Setitik nila itu mulai mencuat lagi kedalam hatiku yang telah bertahun-tahun aku berusaha untuk menimbunnya.
“dia sekarang lagi sakit parah tau ngak. Gue sih ngak yakin betul apa jenis penyakitnya yang jelas menyerang otak. Kanker otak deh kayaknya”
“lahh kok bisa, emangnya dia dimana sih sekarang?” aku ngak tau rasa apa yang kini aku rasakan, sedih kah melihat kakak kelas yang kini terbaring lemah di rumah sakit. Ataukah aku harus merasa senang, seseorang yang aku benci selama bertahun-tahun kini menderita? Ohh Allah bukan kah aku terlihat sangat jahat jika seperti itu? Cinta ini tak lagi membutakan, tapi juga mematikan simpati.
“yang gue denger sih dia di Universita Negeri Kota, jurusan Kimia kayaknya. Jangan-jangan dia mumet mikir atom sampe jatuh sakit gitu hhhhe” celoteh Asta.
“isssh loe tuh ngak boleh gitu, masak orang sakit loe becandain.” Jawabku. Munafik memang karena terbesit dalam hati ini untuk bahagia tapi sekuat tenaga aku mencoba untuk ikut merasa empati yahh walaupun hanya karena sebatas rasa kemanusiaan.
***
Dikelas aku mulai memanfaatkan kesempatan ini. Kutekan angka demi angka yang aku sangat hafal betul. Ku kirim SMS bernada empati dan beberapa pertanyaan. Yahh inilah kali pertama aku menghubunginya lagi setelah satu tahun yang lalu aku mulai tersadar buat apa aku mengejar sesorang yang bahkan tidak pernah melihat kearahku. Dan juga ada sih kejadian yang mulai meretakkan rasa cintaku untuk nya.
Pikiran ku mulai melayang mengingat kejadian kelam satu setenggah tahun yang lalu. Waktu itu aku benar-benar sedang menabur benih-benih kekaguman diatas hatiku. Tapi pohon yang baru berwujud tunas itu terpaksa ditebang oleh sesorang. Seorang gadis yang awanya begitu sempurna dimata semua orang, bahkan dimataku yang juga seorang perempuan. Mungkin aku iri. Bagaimana tidak, bagaimana mungkin Tuhan begitu sempurna menciptakan seorang perempuan berwajah cantik bak peri, padangan yang menyejukkan, tutur kata dan tindakan dan lembut dan juga otak yang sangat cerdas. Tapi bukan itu yang aku benci darinya, walaupun aku sangat berbeda jauh bagaikan bumi dan langit dengan perempuan itu. Iya disisi lain Tuhan menciptakan aku yang sangat jauh berbeda dengannya, wajahku standart wajah-wajah perempuan pada umumnya, penampilanku acak-acakan dan satu-satunya kelebihan yang aku miliki hanyalah benjolan lemak diperutku. Ohh Allah aku sangat bersyukur dengan bagaimanapun kondisiku bukan itu yang membuatku membencinya.
Tapi bagaimana mungkin seorang berparas bidadari itu membawa separuh hati yang harusnya menjadi miliku. Hati yang harusnya tumbuh subur dan berdampinga dengan hatiku. Aku tak butuh wajah cantik itu, penampilan yang anggun itu, aku ngak butuh semua itu. Aku hanya butuh separuh hati yang dia bawa lari. Dan bahkan kini separuh dari hati asliku mulai retak takkala mendengar beberapa dari temanku bercerita bahwa Mas Faqih telah mencintainya jauh sebelum benih cinta itu tumbuh dihatiku. Yahh mereka berteman jauh sebelum aku datang kehidup mas Faqih, mereka telah berteman sejak SMP dan mungkin saja Mas Faqih sudah mencintainya sejak saat itu. Hati kecilku ini benar-benar terlalu rapuh untuk merasakan kisah sedih ini. Sekuat tenaga aku selalu mencoba berhenti berharap akan ketidak pastian yang begitu menyakitkan ini, tapi aku tak kuasa Tuhan rasa cinta ini terlalu dalam mengakar didalam relung jiwa yang akupun tak pernah tahu seberapa dalam akar cinta itu menancap.
Dan yang lebih parah lagi Mas Faqih tahu bahwa Mbak Ara tak pernah menaruh sekeping perasaan pun padanya. Tapi mas Faqih terlalu sabar dia akan menunggu saat itu tiba, waktu dimana keping demi keping perasaan cinta mulai terbingkai dihati Mbak Ara.
***
Kembali ke tahun sekarang, sebentar kemudian HP ku mulai berbunyi. Beberapa patah kata tertulis di layar HP ini “iya dek. Mohon doa untuk Mbak Ara ya. Maafin dia kalau selama ini punya salah” balas Mas Faqih.
“siapa peduli” pikirku. Rasa hatiku masih tertutup nila untuk melihat betapa ada seseorang disana terkapar sakit tak berdaya. Bagaimana mungkin aku bisa berbuat sejahat ini dikalahkan rasa cemburu yang tak pernah ada ujungnya. Lebih aku diam daripada Tuhan akan melaknatku.
***
Akhir-akhir ini SMS demi SMS sering aku terima dari mas Faqih, isinya sama memohon doa agar Mbak Ara segera diberi kesembuhan. Sore ini aku mulai tersadar betapa aku terlalu kejam dan berlebihan pada Mbak Ara. Padahal aku tahu betul bahwa dia tidak pernah  dengan sengaja mematahkan tunas cinta dihatiku. Sedikit yang ku dengar dari teman bahwa penyakit yang diderita mbak ara adalah penyakit kanker otak. Dimana penyakit ini menyerang sistem syaraf otak dan akan melumpuhkan syaraf tubuh nya yang lain. Aku baru tersadar betapa aku sangat jahat dan rapuh, kebencian yang ditimbulkan dari sebuah kecemburuan bisa mematikan nalar pikirku. Dan akupun baru tersadar juga betapa besar cinta yang telah ditanam Mas Faqih untuk Mbak Ara bahkan cinta itu melebihi besarnya dari rasa cintaku pada mas Faqih yang hanya baru tumbuh seujung kuku. Mungkin aku yang terlalu pede untuk merasakan sebuah cinta yang akan dibalas dengan cinta pula.
Tidak hanya dari SMS, timeline demi timeline facebook dan twitter Mas Faqih pun penuh berisi doa untuk memohon kesembuhan menghampiri Mbak Ara. Ohh Tuhan aku menyerah dalam garis cinta ini. Aku menyerah Tuhan. (-YAJ-)

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar